Tidak Semudah Itu, Ferguso!
Published: 13th, August 2021
Author: Anindito Wiryawan

Image Source: Anindito Wiryawan
Apa pekerjaan paling mudah di muka bumi? Di sepak bola, jawabannya mungkin melatih Bayern München. Mereka yang baru mengikuti sepak bola dalam satu dekade terakhir pasti setuju dengan jawaban itu.
Buktinya, siapa pun pelatihnya, Bayern selalu juara dalam 9 musim beruntun. Sembilan gelar itu diraih bersama 5 pelatih berbeda: Jupp Heynckes, Josep Guardiola, Carlo Ancelotti, Niko Kovac, dan Hansi Flick.
Menilik realitas itu, sepertinya ditangani pelatih terbodoh pun Bayern akan tetap juara. Jadi, berbahagialah Julian Nagelsmann yang didapuk jadi pengganti Flick. Dia bisa segera menyiapkan tempat untuk setidaknya lima medali juara.
Mengapa lima? Karena dia dikontrak dengan durasi lima musim oleh Bayern. Bukankah, seperti halnya kematian dan pajak, Die Roten juara Bundesliga adalah sesuatu yang pasti?
Itu bukan hanya karena Bayern terlalu kuat. Mereka juga selalu didekap mesra Dewi Fortuna. Lalu, seperti kata Stefan Effenberg pada awal 1990-an, para rival Die Roten terlalu bodoh. Tertinggal sejauh apa pun, pada akhirnya Die Roten mampu mengejar dan merebut trofi pada akhir musim.
***
Meskipun demikian, kiranya terlalu naif untuk berkata Nagelsmann pasti akan sukses di Bayern. Sejatinya, tidak ada pekerjaan yang mudah. Setiap pekerjaan selalu mengandung tantangan dan kesulitan tersendiri yang baru terasa ketika kita melakukannya. Nagelsmann juara Bundesliga? Tidak semudah itu, Ferguso!
Melatih Bayern München bukan hal mudah. Di Bayern, seorang pelatih mendapatkan tuntutan mahaberat. Seperti dikatakan Dietmar Hamann, seorang pelatih hanya akan dianggap sukses di Bayern bila mampu menjuarai Bundesliga dan DFB Pokal! Hanya satu tofi yang didapat, itu termasuk gagal.
Jadi, tugas Nagelsmann sesungguhnya bukan cuma meraih lima trofi, melainkan setidaknya 10 trofi! Tentu saja tidak mudah. Perlu diingat, hanya Felix Magath yang bisa merebut double winners dua musim beruntun pada 2004 hingga 2006. Pada 2012-13 dan 2013-14 serta 2018-19 dan 2019-20, double winners beruntun diraih bersama pelatih berbeda.
Khusus pada musim ini yang jadi musim pertamanya di Säbener Strasse, Nagelsmann punya tanggung jawab membawa Bayern mencetak sejarah 10 kali beruntun juara Bundesliga. Merebut gelar ke-10 secara beruntun tidaklah mudah, Ferguso! Lihat saja Celtic FC di Skotlandia dan Juventus di Italia yang gagal melakukan hal itu.
Mencetak sejarah dipastikan jadi prioritas Bayern musim ini. Hal itu pernah diemban Pep Guardiola pada musim 2015-16. Ketika itu, Die Roten menargetkan 4 kali juara secara beruntun karena belum pernah melakukannya. Begitu pulang dari liburan akhir musim 2014-15, para pemain mendapati slogan “Champions 4 ever” terpampang di banyak sudut, termasuk di dinding ruang ganti di Säbener Strasse.
Untuk musim 2021-22, fokus ke Bundesliga sangatlah masuk akal. Melihat geliat klub-klub teras Eropa, terutama Paris Saint-Germain, rasanya Die Roten tak lebih dari kuda hitam di Liga Champions. Saat klub-klub teras Eropa berlomba-lomba membeli bintang berharga mahal, Bayern malah melepas David Alaba dan Jerome Boateng.
***
Kualitas Julian Nagelsmann sebagai pelatih muda terbaik di Jerman akan sangat diuji pada musim ini. Legenda Bayern Munich, Lothar Matthäus, terang-terangan menyebut persaingan juara akan sangat ketat di antara Bayern, RB Leipzig, dan Borussia Dortmund.
Matthäus mengakui Die Roten masih memiliki starting XI terbaik. Namun, soal kedalaman skuat, dia melihat Leipzig dan Dortmund berada di urutan teratas. Dia bahkan menilai skuat Borussia Mönchengladbach, Bayer Leverkusen, dan VfL Wolfsburg lebih baik dari Bayern dalam hal yang satu ini.
Kedalaman skuat bukan hal sepele. Salah satu atau bahkan sebab utama Hansi Flick hengkang adalah hal ini. Dia jengah melihat kualitas para pemain di bangku cadangan, sementara permintaannya merekrut pemain bagus selalu dimentahkan Hasan Salihamidzic. Padahal, pelapis oke sangat dibutuhkan karena banyak pemain inti yang rentan cedera.
Hal lain yang menimbulkan keraguan adalah skema permainan yang diterapkan Nagelsmann. Pada pramusim sangat jelas terlihat dia memfungsikan striker sebagai false nine alias bergerak di posisi lain, tepatnya di posisi nomor 10. Adapun kedua winger didorong lebih ke depan.
***
Pertanyaannya, apakah perubahan seperti itu dibutuhkan di lini depan? Tidakkah perubahan itu justru akan mengebiri ketajaman Robert Lewandowski yang musim lalu mencetak 41 gol? Adakah jaminan para winger jadi lebih tajam dengan skema itu? Rasanya, skema ini akan berjalan baik bila Bayern punya Arjen Robben, Franck Ribery, dan Lionel Messi.
Don’t fix what ain’t broken. Julian Nagelsmann sepertinya mengabaikan ujaran itu bila memaksa Lewandowski yang jelas-jelas nomor 9 murni jadi false nine. Seharusnya, dia lebih menaruh perhatian pada skema pertahanan yang pada pramusim amburadul, selalu kebobolan setidaknya 2 gol.
Tak bisa dimungkiri, lini pertahanan Bayern tidaklah solid. Kepergian Alaba dan Boateng terlalu besar untuk ditambal oleh Dayot Upamecano dan Tanguy Nianzou. Juga oleh Niklas Süle dan Lucas Hernandez. Bukan hanya kehilangan benteng tangguh, Die Roten juga kehilangan leader. Musim lalu pun, Bayern sebetulnya tertolong oleh ketajaman lini depan. Sekarang, ironisnya, lini depan justru seperti akan dilemahkan oleh Nagelsmann.
Melihat permainan dan hasil selama pramusim, sangat jelas musim ini tidak akan mudah bagi Bayern dan Nagelsmann. Mimpi di siang bolong bila ada yang bilang Die Roten akan dengan mudah meraih gelar ke-10 secara beruntun di Bundesliga. Tidak semudah itu, Ferguso! (@SeppGinz)